Rabu, 24 Juli 2013

BIOGRAFI KAPUAS HULU



   Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu Daerah Tingkat II di propinsi KALIMANTAN BARAT. Ibu kota kabupaten ini terletak di Putussibau. dapat ditempuh lewat transportasi sungai Kapuas sejauh 846 km, lewat jalan darat sejauh 814 km dan lewat udara ditempuh dengan pesawat berbadan kecil dari Pontianak. Memiliki luas wilayah 29.842 km² dan berpenduduk 222.160 Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010.

Batas-batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut:

  • Utara berbatasan dengan Sarawak ( Malaysia Timur ) 
  • Selatan Berbatasan dengan Kabupaten sintang 
  • Barat berbatasan dengan kabupaten sintang 
  • Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur 
Kabupaten Kapuas Hulu Memiliki luas wilayah 29.842 km2 yang terbagi menjadi 23 kecamatan, yaitu:


  1. Jongkong
  2. Bunut Hulu
  3. Pengkadan
  4. Silat Hulu
  5. Silat Hilir
  6. Semitau
  7. Suhaid
  8. Selimbau
  9. Seberuang
  10. Kalis
  11. Putussibau Utara
  12. Puring Kencana
  13. Mentebah
  14. Hulu Gurung
  15. Empanang
  16. Embaloh Hulu
  17. Embaloh Hilir
  18. Bunut Hilir
  19. Boyan Tanjung
  20. Badau
  21. Batang Lupar
  22. Bika



  Hasil hutan di wilayah Kesatuan Pemangku Hutan Putussibau dan Semitau jadi andalan utama roda perekonomian Kapuas Hulu. Hasilnya berupa kayu bulat yang terbagi dalam tiga kelompok, (meranti, rimba campuran dan kayu indah), Emas, pasak Bumi, Rotan Jernang, Puri (kratom), dan berbagai hasil hutan lainnya.
 Di sektor perikanan, Kapuas Hulu tergolong habitat puluhan jenis ikan hias, seperti arwana (Arowana) dan ulanguli. Habitat ikan ini hanya ada di dalam Danau Sentarum. Di kawasan lain seperti kawasan hulu sungai Kapuas, Jongkong, Selimabau. Bunut, Embaloh, Mendalam dan Sibau dengan hasil seperti ikan jelawat, semah, toman, tengadak, belida, lais, entokan dan baung.
  Danau Sentarum merupakan danau yang terkenal di kabupaten Kapuas Hulu bahkan sampai saat ini terkenal sampai ke manca negara. Kecematan yang bergabung ke dalam Wilayah Danau Sentarum ini meliputi :
  • Jongkong 
  • Selimbau 
  • Suhaid
  • Semitau
  • Seberuang
  • Silat Hilir
  • Silat Hulu
  • Bunut


SEJARAH KABUPATEN KAPUAS HULU

   Sejumlah pegunungan yang membentang di Kabupaten Kapuas Hulu, serupa Schwaner dan Muller, ternyata diabadikan dari nama sejumlah pelaku ekspedisi berkebangsaan asing pertengahan abad XIX di daerah itu.
  Wilayah perbatasan antara Kapuas dan Mahakam merupakan salah satu wilayah yang paling terpencil di Borneo. Di sebelah timur, daerah Mahakam Hulu, yang terisolasi oleh jeram-jeram yang sangat berbahaya, di mana suku Kayan-Mahakam, suku Busang termasuk sub suku Uma Suling dan lain-lain serta suku Long Gelat sebuah sub suku dari Modang menempati daratan-daratan yang subur, sedangkan suku Aoheng mendiami daerah berbukit-bukit. Di sebelah barat, daerah Kapuas Hulu dengan kota niaga kecil Putussibau, dikelilingi oleh desa-desa Senganan, Taman dan Kayan. Lebih ke hulu lagi, dua desa kecil Aoheng dan Semukng. Di antara keduanya, sebuah barisan pegunungan yang besar mencapai ketinggian hampir 2000 meter didiami oleh suku nomad Bukat atau Bukot dan Kereho atau Punan Keriu, serta suku semi nomad Hovongan atau Punan Bungan.
  
  Orang asing pertama yang mencapai dan melintasi pegunungan ini adalah Mayor Georg Muller, seorang perwira zeni dari tentara Napoleon I yang sesudah Waterloo masuk dalam pamongpraja Hindia Belanda. Mewakili pemerintah kolonial, ia membuka hubungan resmi dengan sultan-sultan di pesisir timur Borneo. Pada tahun 1825, kendati Sultan Kutai enggan membiarkan tentara Belanda memasuki wilayahnya, Muller memudiki Sungai Mahakam dengan belasan serdadu Jawa. Hanya satu serdadu Jawa yang dapat mencapai pesisir barat. Berita kematian Muller menyulut kontroversi yang berlangsung sampai tahun 1850-an dan dihidupkan kembali sewaktu-waktu setiap kali informasi baru muncul. Sampai tahun 1950-an pengunjung-pengunjung daerah itu pun masih juga menanyakan nasib Muller.

  Bahkan sampai hari ini hal-hal sekitar kematian Muller belum juga terpecahkan. Diperkirakan Muller telah mencapai kawasan Kapuas Hulu dan dibunuh sekitar pertengahan November 1825 di Sungai Bungan, mungkin di jeram Bakang tempat ia harus membuat sampan guna menghiliri Sungai Kapuas. Sangat mungkin bahwa pembunuhan Muller dilakukan atas perintah Sultan Kutai, disampaikan secara berantai dari satu suku kepada suku berikutnya di sepanjang Mahakam dan akhirnya dilaksanakan oleh sebuah suku setempat, barangkali suku Aoheng menurut dugaan Nieuwenhuis. Karena Muller dibunuh di pengaliran Sungai Kapuas, dengan sendirinya sultan tidak dapat dituding sebagai pihak yang bertanggungjawab. Bagaimanapun, ketika ekspedisi Niewenhuis berhasil melintasi daerah perbatasan hampir 70 tahun kemudian, pada hari nasional Perancis tahun 1894, barisan pegunungan ini diberi nama Pegunungan Muller. Menjelang pertengahan abad XIX, Belanda telah berhasil menguasai daerah-daerah. 



DOWNLOAD MUSIK FREE
KLIK DISINI




Sample Text

Total Tayangan Halaman

ADI DHARMA PUTRA IBRAHIM.AT

SALAM PEMUDA

Pages

Cari Blog Ini